Friday, December 17, 2010

hukum international "Masalah Australia dan Indonesia dan juga terhadap Timor-Timor"

BY: ahmad zackiy F
Pengenalan
Negara merupakan salah satu wilayah yang mana terdapat kekuasaan baik politik, ketentraan, ekonomi,social dan budayanya diatur oleh pemerintah di wilayah tersebut. Dalam hal ini untuk dapat menjadi suatu Negara maka diperlukan adanya element seperti penduduk, wilayah, kedaulatan dan undang-undang (kuasa yang mengatur suatu Negara). Adapun didalam sesbuah Negara baik besar maupun kecil, lemah maupun kuat terdapat kepentingan-kepentingan tertentu yang dikenalin sebagai kepentingan nasional (nasional interest). Kepentingan nasional telah menjadi konsep yang digunakan dalam merumuskan dimana Negara hidup didalam keberasingan antara satu sama lain[1]. Setiap Negara akan berusaha mempertahankan dan memajukan kepentingan nasionalnya masing-masing dalam menjalankan hubungan dengan Negara-negara lain.
Negara akan mempertahankan kepentingan nasional dari nilai-nilai keselamatan, kedaulatan, keutuhan wilayah, kebajikan ekonomi dan kestabilan. Dalam melindungin kepentingan nasional maka memungkinkan sesebuah Negara dapat terlibat dalam suatu konflik dengan Negara lainnya. Dapat dicontohkan apa bila suatu Negara mempertahankan kepentingan nasionalnya yang bisa memberikan ancaman kepada Negara lain. Dan kalau kepentingan itu depertahankan secara berterusan maka akan menyebabkan konflik antara Negara tersebut dengan Negara yang dijejaskannya.
Kepentingan nasional menurut sarjana
Kepentingan nasioanal ialah merupakan sumber di dalam sesebuah Negara yang mana sumber tersebut boleh memberikan pengaruh yang kuat terhadapan nilai dan orientasi sesebuah negara. Kepentingan nasional mencakup keselamatan, kebebasan politik suatu Negara dan kesejahteraan ekonomi. Menurut sarjana italy iaitu Niccolo Machiavelli dengan konsep realismnya dalam bukunya Discorsi sopra la prima deca ditito livio dan II principe menguraikan tindakan yang perlu dilakukan seseorang untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaas dan juga melakukan segala cara untuk mendapatkan tujuan[2]. yang berarti  sesebuah Negara untuk dapat memperthankan dan mendapatkan kepentingan nasionalnya boleh melakukan segala macam cara walaupun mengunakan tindakan kekerasan. Ini membuktikan bahawa kepentingan nasional sesbuah Negara sangatlah significan bagi sebuah Negara itu dalam mempertahankan kedaulatan, keselamatan dan  kesejahteraan ekonomi
 Nasional interest: short-Term
Organization Chart

Kepentingan keselamatan
Henry Kissinger merupakan bekas U.S sekertary mengatakan bahawa “ kebijakan dasar luar dimulaikan daripada KESELAMATAN”. Keselamatan merupakan awal daripada Negara. Dan keselamatan juga bermakna Negara boleh menjaga tanah dan orang-orang (rakyat). Dan itu juga bermaksud bahwa rakyat mendapatkan kebebasan undang-undang dari pada Negara lain. Dalam pembelajaran classic Morgenthau berpendapat utama kepada sesebuah Negara ialah keselamatan Negara tersebut, kerana keselamatan juga boleh membawa kekuasaan pada sebuah Negara[3].
Kesejahteraan economy
Urutan kedua daripada kepentingan nasional ialah kemakmuran economy. Pemerintah dalam sebuah Negara mengejar kesejahteraan nasional dengan cara meningkatkan strategy politiknya dan militer untuk mempengaruhi dalam system antara bangsa. Kesejahteraan ekonomi sangatlah penting dalam semua Negara. Dimana pemerintahan Negara tersebut sangatlah bertangung jawab dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di negaranya.
            Nasional interest: long-term
Organization Chart

Kepentingan vital
Ialah merupakan inti daripada sesebuah Negara atau dikenali dengan kepentingan strategy. Kepentingan vital ialah juga merupakan kepentingan dasar dan kepentingan masa panjang dalam tujuan sebuah Negara seperti keselmatan nasional.
Kepentingan nonvital
Ialah merupakan urutan kedua dan Negara tidak terlalu mengambil berat kepada kepentingan nasional ini, akan tetapi Negara masih mengiginkan kepentingan ini bisa terlaksana supaya Negara boleh lebih mendapatkan informasi.
Kepentingan umum
Bersifat menyebarkan, dimana Negara focus dalam global state, yang mana sesebuah Negara ikut serta dalam menjaga  keamanan regional dan memperomosikan kesejahteraan ekonomi terhadap regional Negara tersebut.
Kepentingan secara specifik
Kepentingan ini ialah terbatas dan mempunyai nilai objektif yang jelas dari pada sesbuah Negara tersebut.
Kepentingan secara  berterusan
Ialah dimana sesbuah Negara tidak akan pernah mengubah tujuan daripada negaranya seperti perlindungan terhadap batasa sesebuah Negara yang selalu diamalkan oleh seluruh Negara.
Kepentingan yang tidak tetap
Kepentingan ini boleh berubah disebabkan oleh fakta-fakta daripada reaksi geographic atau perkembangan politik di sesebuah Negara yang merubah hala tujuan dasar luar Negara tersbut
Apa yang bisa menyebabkan Negara berkonflik
Menurut William j. Sewell dalam bukunya yang bertjudul’ Collective Violence and Collective Loyalties in France:Why the France Revolution made a difference’. Ia mengatakan bahawa konflik antara bangsa wujud disebabkan oleh pertentangan pendapat dan kepentingan di kalangan manusia[4]. Yang dimana pertentangan pendapat untuk memenuhi dan melindungi kepentingan rakyat disebuah Negara membuat pemerintahan Negara untuk berusaha mendapatkan kepentingannya melalui segala macam cara dan boleh mengakibatkan  terjadinya perselisihan dengan Negara lain. Dan jika hal tersebut dibiarkan secara berterusan maka tejadinya konflik diantara Negara-negara yang terlibat tersebut.
Dan kebanyakan konflik yang berlaku masa kini sering dikaitkan oleh sesetengah golongan sebagai pergeseran antara peradaban Barat dan bukan Barat (non-west) khususnya Islam. Ini bertepatan dengan pendapat Profesor Samuel P. Huntington yang mana menurut beliau konflik yang berlaku setelah era Perang Dingin ialah konflik antara peradaban; di mana Islam dilihat sebagai satu cabaran bagi Barat. Pendapat Huntington ini begitu popular tambahan lagi dunia masa kini sedang sibuk memerangi keganasan yang dikatakan berpunca daripada umat Islam. Jika diperhatikan, teori ini sebenarnya mempunyai beberapa faktor yang tidak kukuh. masalah-masalah konflik sebenarnya ada dua iaitu kedudukan dan material serta keadilan.[5] Adalah tidak adil mendasari suatu konflik sebagai pertembungan peradaban sedangkan penggerak konflik yang berlaku sebenarnya kebanyakannya berpunca daripada dua faktor tadi.
Sebenarnya teori ini melihat kepada keadaan konflik dunia sebagai terbahagi kepada tiga peringkat. Konflik dunia sebelum kurun ke-19 adalah dilihat sebagai konflik yang berlaku antara negara manakala pada kurun ke-20 sebagai konflik antara ideologi dan seterusnya pada kurun ke-21 adalah konflik antara peradaban Secara keseluruhannya, dunia adalah dilihat dalam bentuk multipolar di mana terdapatnya berbagai peradaban dalam politik global.[6] Menurut teori ini, keadaan peradaban yang matang tidak akan dapat menerima pengaruh daripada peradaban yang lain contohnya dalam aspek peradabanBarat terhadap Cina dan Islam. peradaban-peradaban ini dilihat sebagai dua tantangan besar kepada peradaban Barat. Keadaan ini jika diambil serius oleh Barat akan menyebabkan berlakunya suatu tindakan susulan oleh peradaban Islam dan Cina bagi menentang pengaruh daripada Barat.[7] Akan tetapi, jika tidak diambil peduli oleh Barat pula,akan dijangka akan memberi kesan kepada peradaban Barat itu sendiri. aspek peradaban Barat terhadap Cina dan Islam. peradaban-peradaban ini dilihat sebagai dua tantangan besar kepada peradaban Barat. Keadaan ini jika diambil serius oleh Barat akan menyebabkan berlakunya suatu tindakan susulan oleh peradaban Islam dan Cina bagi menentang pengaruh dari Barat.[8] Akan tetapi, jika tidak diambil peduli oleh Barat ,maka akan memberi kesan kepada peradaban Barat itu sendiri.

Kasus daripada kepentingan nasional yang menyebabkan konflik
Masalah Australia dan Indonesia dan juga terhadap Timor-Timor
Dalam tugasan ini kita akan membicarakan kes Australia terhadap negara Indonesia. Dalam hal ini kita akan membahas kepentingan nasional Australia sebagai negara yang berdaulat yang menginginkan keselamatan dalam negaranya tidak tercabar oleh Negara besar seperi Indonesia. politik pemerintah Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin menjadikan hubungan Indonesia dan Australia memburuk. Kebijakan merebut Irian Jaya tidak disukai oleh Australia, yang mendukung ide Belanda untuk menyatukan Irian dengan Papua Nugini. Pemerintah Australia waktu itu, di bawah pimpinan Perdana Mentri Menzies, menilai Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Sukarno sedang berpihak pada Blok Komunis. Kemudian terjadi konfrontasi Indonesia dan Malaysia. Tentara Australia, sebagai  bagian dari Persemakmuran, bertempur di sisi Malaysia melawan Indonesia di hutan-hutan Kalimantan. Anehnya, waktu itu hubungan diplomatik dua negara masih berjalan. Ketika Orde Baru memegang kekuasaan, Indonesia dan Australia hubungan kedua negara menjadi baik. Pemerintahan Presiden Soeharto yang antikomunis dengan kebijakan luar negeri yang pragmatis, membuat Australia lebih bisa merasa nyaman. Salah satu puncak hubungan itu adalah kedekatan pribadi Presiden Soeharto dengan PM Whitlam, pada awal 1970an. Tapi hubungan itu rupanya tak menghapuskan ketakutan masyarakat dan pemerintah Australia pada yang mereka sebut sebagai ''ancaman dari utara''. Beberapa dokumen Departemen Pertahanan Australia yang lolos ke tangan pers menyimpulkan sebuah analisa bahwa hanya dengan persiapan singkat, Indonesia dapat mengerahkan kekuatan tujuh batalion untuk menyerang daerah Australia terdekat. Antara lain, kepulauan Christmas dan Cocos. Maka itu, ketika terjadi integrasi Timor-Timur ke Indonesia, pada tahun 1975, soal ''bahaya utara'' muncul ke permukaan. Hubungan baik dua negara memudar, hubungan pun menjadi dingin. Apalagi setelah lima wartawan Australia tewas terbakar ketika milisi gabungan UDT, Apodeti dan Kota menyerbu Malabu. Akibatnya, pers Australia seperti mengumbar berita tentang pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur. Lebih dari itu, mata mereka seolah tak pernah berkedip menyorot pelaksanaan demokrasi dan kuatnya peran militer di Indonesia. Australia sangat menakutkan kemajuan Indonesia di bidang militer yang akan membawa dilema keselamatan australia. Ketegangan mulai mereda setelah Pemerintah Australia mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur pada tahun 1979. dalam hal ini kita dapat melihat masalah yang tmbul antara Australia dan Indonesia di karenakan sikap Indonesia yang ingin menguasai seluruhnya Irian Jaya yang sekarang Timur Leste. Hal ini dapat memper luas geografi Indonesia dan mempermudah kemungkinan Indonesia untuk menyerang Australia bila di inginkan. Keterlibatan Australia dalam masalah Timor Timur sudah ada sejak wilayah ini dinyatakan jadi bagian Republik Indonesia. Perang Dingin telah membuka jalan bagi Indonesia untuk menyatukan wilayah yang rusuh dan dinyatakan Fretilin sebagai daerah yang merdeka. Saat itu kecenderungan Fretilin jelas condong ke kubu sosialis sehingga  mencemaskan negara-negara Barat terutama Amerika Serikat dan Australia. Masuknya Indonesia ke Timtim memang telah menimbulkan masalah sejak tahun 1975. Restu negara besar karena iklim Perang Dingin mengharuskan soal Timtim segera diselesaikan agar tidak membawa instabilitas kawasan Asia Tenggara. Tidak terpikirkan bahwa berakhirnya Perang Dingin telah membuat Indonesia berada dalam posisi rawan. Australia jelas berkepentingan agar Timtim ini juga tidak jadi sumber instabilitas kawasan Asia Tenggara yang jadi zona penyangga keamanannya dari serangan utara. Sejak awal Australia memahami alngkah ayng diambil Indonesia untuk  menggabungkan kawasan berpenduduk sekitar satu juta itu kedalam negara kesatuan RI. Bahkan secara eksplisit mengakui kedaulatan Indonesia atas Timtim. Namun demikian sikap Australia itu tidak konsisten. Sejak PM John Howard  berkuasa dan terjadinya gejolak reformasi di Indonesia sehingga berada pada posisi lemah dalam tawar menawar diplomatik, Howard mendorong agar Indonesia melepaskan Timtim. Presiden BJ Habibie tak sadar terpengaruh gagasan Howard yang dilontarkan bulan Desember 1998. Habibie pada bulan Januari 1999 menyatakan Timtim akan diberi dua pilihan otonomi luas atau menolaknya sehingga bisa memilih melepaskan diri dari Indonesia. Makalah ini akan menganalisa kepentingan politik dan ekonomi Australia dengan Timtim sehingga jajak pendapat rakyat Timtim akhirnya memilih lepas dari Indonesia. Kekacauan setelah jajak pendapat membuat Australia terlibat lebih jauh dengan menekan PBB agar mengijinkan tentaranya masuk Timtim yang saat itu masih sah wilayah Indonesia. 
Kepentingan Politik 
Isu Timtim sejak lama telah menjadi bagian dari politik dalam negeri Australia. Suara pro dan kontra tentang kebijakan Australia terhadap Indonesia datang silih berganti. Puncaknya, pada masa PM Paul Keating kebijakan Australia terhadap Indonesia sangat dekat. Bahkan hampir-hampir dikatakan bahwa Keating itu adalah salah seorang sahabat Indonesia ditengah masyarakat Australia yang kritis terhadap kekuasaan Presiden Soeharto. Kepentingan politik Australia yang paling kentara terhadap Timtim  pertama-tama adalah menghindari tidak melebarnya konflik di Timtim pada masa  tahun 1970-an itu menjadi ancaman bagi wilayah Australia. Negeri Kangguru menghendaki Timtim stabil sehingga hubungan politik Indonesia-Australia tidak terganggu.Oleh karena itu pada masa awal Australia seperti "memihak" Indonesia dengan  mengakui batas-batas wilayah di daerah Timtim. Puncak pengakuan itu adalah disepakatinya pembagian Celah Timor berdasarkan ketentuan yang disepakati kedua pihak oleh Menlu Ali Alatas dan Menlu Gareth  Evans. Secara eksplisit adanya pengaturan batas laut di wilayah yang kaya minyak  itu menjadikan Australia negara yang pertama mengakui eksistensi Indonesia  atas Timtim. Namun dengan hadirnya PM John Howard sikap Australia berubah total. Mereka  mulai menyatakan bahwa Timtim untuk jangka panjang harus merdeka. Australia mulai mengubah kebijakannya atas Timtim dengan dasar bahwa otonomi  luas harus diberikan kepada Timtim sebelum merdeka penuh. Sikap ini dilandasi oleh kepentingan jangka panjang Australia terhadap  Timtim dan Indonesia. Terhadap Timtim, Australia seolah-olah ingin membalas  kesalahan masa lalu dengan mengakui eksistensi Indonesia di Timtim yang sampai tahun 1998 tidak diakui PBB. Australia juga menilai dengan pendekatan ke Timtim diharapkan bisa menanamkan pengaruhnya di wilayah berpenduduk 800.000 jiwa ini. Pengaruh Australia di Timtim ini seperti halnya pengaruh Australia di PapuaNiugini melebarkan lingkungan pengaruh politiknya yang dianggapnya sudah layak diperbesar. Di tengah krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia, termasuk  Indonesia, posisi Australia sangat menguntungkan. Krisis ekonomi tidak menyebar ke Australia sehingga ketika posisi negara Asia lemah, Australia berada dalam kondisi baik militer, politik maupun ekonomi. 
Kepentingan ekonomi 
Dibalik sikap Australia itu terdapat keinginan menguasai sumber minyak di  perbatasan. Akses terhadap energi ini tak bisa disangkal menjadi pendorong semangatAustralia campur tangan dalam menangani gejolak di Timtim pasca jajak pendapat. Minyak yang dilukiskan sangat besar kandungannya di perbatasan Timtim-Australia merupakan aset penting bagi perkembangan ekonomi masa depan negeri Kangguru. Mudrajad Kuncoro, kandidat PhD University of Melbourne, dalam diskusi 22 Oktober 1999 menjelaskan, keterlibatan Australia tak lepas dari isu klasik money and power. Ia menilai, Australia mau membantu Timtim bukan untuk membalas jasa rakyat Timtim yang pernah membantu mencegah invasi ke Australia saat Perang Dunia II, melainkan punya kepentingan bisnis yang dikemas dengan wadah humanis. Mudrajat menulis, "Kalau Australia memang pejuang hak-hak asasi manusia dan  humanis tulen, hal pertama yang dilakukan sebelum terjun ke Timtim adalah meminta maaf dan memberi referendum kepada suku Aborigin yang nasibnya mirip dengan  suku Indian di Amerika Serikat. Menurut Mudrajad, kesepakatan Celah Timor (Timor Gap) yang ditandatangani  Indonesia-Australia tahun 1989 menyetujui pembagian 62.000 km persegi zona Kerja sama  menjadi tiga wilayah. Wilayah joint development merupakan wilayah yang berada di tengah dan terbesar dimana kedua negara berhak mengontrol eksplorasi dan produksi migas. Dua zona lainnya dibagi secara tidak merata yang masing-masing negara secara terpisah diberi hak mengatur dan menguasainya.Sampai sekaran dari 41 sumur yang telah dibor di zona kerja sama, sekitar 10 ditemukan cadangan migas. Secara ekonomis, kelayakannya relatif kecil. Namun kandungan gas dan hidrokarbon tidak bisa diabaikan. Sebagai contoh, tulis Mudrajad, di ladang Bayu-Undan, ditaksir punya cadangan minyak 400 juta barel, tiga trilyun kubik gas alam dan 370 juta barel cairan (kondensat dan LPG). Menurut Oil & Gas Joournal edisi 1999, cadangan hidrokarbon ini dinilai paling kaya di luar Timur Tengah dan merupakan ladang minyak terbesar Australia di luar selat Bass, Nick Beams dalam World Socialist Web Site (1999) menyebutkan pula  kepentingan Australia akan minyak. Ia menyebutkan awal 1990 kepentingan Portugal bangkit kembali ke Timtim setelah ditemukan cadangan minyak yang nilainya  diperkirakan antara 11 sampai 19 milyar dollar AS. Tahun 1991, Portugal mengadukan Australia ke Pengadilan Internasional karena menandatangani perjanjian Celah Timor bulan Desember 1989. Beams mengutip pernyataan Portugal yang menyebutkan, "Perjanjian itu dirancang untuk mendapatkan minyak Timtim yang melebihi kepentingan lainnya. Hanya kerakusan (Australia) seperti itu dapat menjelaskan pengakuan secara de jure aneksasi oleh kekuatan yang memakan korban 100.000 tewas."
 

0 comments:

Post a Comment